Biografi
tengtangn sejarah raja Firaun
Fir'aun (Arab: فرعون
Firʻawn; bahasa Ibrani: פַּרְעֹה, paroh; bahasa Inggris: Pharaoh) adalah gelar yang
dalam diskusi dunia modern digunakan untuk seluruh penguasa Mesir kuno dari semua periode.[1] Dahulu, gelar ini mulai digunakan untuk
penguasa yang merupakan pemimpin keagamaan dan politik kesatuan Mesir kuno,
hanya selama Kerajaan Baru, secara spesifik, selama pertengahan dinasti kedelapanbelas. Untuk
penyederhanaan, terdapat kesepakatan umum di antara penulis modern untuk
menggunakan istilah ini untuk merujuk penguasa Mesir semua periode. Firaun juga
mengaku sebagai Tuhan.
Ketika wafat, Firaun
dimakamkan bersama harta bendanya di makam berhias tulisan hieroglif, jenasahnya
diawetkan dengan ramuan khusus, minyak dan garam, kemudian dibungkus dengan
kain kedap udara yang diikat. Karena Firaun dianggap sebagai wakil bangsa Mesir
dihadapan para dewa, kedamaiannya di dalam kehidupan di alam baka merupakan harapan semua anggota masyarakat.
Asal mula Gelar Fir’aun
Asal mula gelar
Firaun terjadi pada masa awal-awal perkembangan masyarakat lembah Sungai Nil yang sangat subur yang bercorak pertanian. Untuk
pengairan, masyarakat mesir kuno pada awalnya mengandalkan musim banjir dan
kemudian dilengkapi dengan irigasi teknis pada masa-masa berikutnya. Karena
tanah dan batas-batas tanah sangat penting dalam struktur masyarakat mesir kuno
saat itu, maka diangkatlah tokoh masyarakat yang dihormati untuk mengatur
batas-batas tanah dan segala hal yang menyangkut tata kehidupan masyarakat.
Tetua masyarakat itu diberi gelar pharao (firaun) yang karena berkembangnya
sistem kemasyarakatan dan negara, Pharao ini diangkat menjadi raja yang pada
masa itu sebagai pemimpin negara dan pemimpin keagamaan.
Pada awal
perkembangannya, masyarakat Mesir kuno terbagi atas Mesir hulu dan Mesir hilir
yang memiliki firaun dan lambang mahkota sendiri sendiri. Raja Menes dari Thebes akhirnya menyatukan kedua daerah menjadi satu
kesatuan kekuasaan. Mahkota yang digunakan adalah mahkota rangkap.
Biografi Firaun Tutankhamun. Jika anda pernah
menonton film The Mummy yang menceritakan tentang kutukan seorang firaun anda
pasti menyangka hal itu memang tidak mungkin terjadi, namun siapa sangka
diantara banyak firaun yang memerintah Mesir kuno salah satu firaun diantaranya
terkenal karena Kutukannya yang melegenda sejak penemuan makamnya. Artikel kali
ini akan membahas mengenai biografi firaun Tutankhamen yang merupakan firaun
yang terkenal karena kutukannya yang amat terkenal. Firaun paling terkenal
sepanjang sejarah yaitu Firaun Tutankhamun, adalah Firaun ke-12 dari dinasti ke
18 Mesir. Dia memerintah dari 1334-1323 SM selama periode itu dikenal sebagai
Kerajaan Baru. nama aslinya Tutankhaten, berarti "Gambar Hidup Aten",
sementara Tutankhamun berarti "Gambaran Hidup Amun". Dia mungkin juga
Nibhurrereya dari surat-surat Amarna. Secara historis, Tutankhamun adalah hanya
signifikansi moderat, terutama sebagai tokoh yang mengelola dan merintis awal
nilai pemujaan Atenism kembali ke agama kaum Mesir Kuno.
Sebagai seorang
firaun atau pharaoh, Tutankhamun memulai pemerintahannya pada usia 9 tahun dan
merupakan raja mesir kuno termuda sepanjang sejarah mesir kuno. Meskipun
demikian, Tutankhamun merupakan firaun yang paling terkenal dari Firaun-firaun
yang menguasai mesir sebelumnya, dan hanya satu yang memiliki julukan dalam
budaya populer sebagai "King Tut" atau raja Tut.
Penemuan
makamnya di tahun 1922 oleh Howard Carter membuat media seluruh dunia menyoroti
tentang Firaun Tutankhamun ini dan memicu kepentingan publik yang baru di
Mesir.
Firaun
Tutankhamun sendiri menikah dengan Ankhesenpaaten, putri Akhenaten yaitu
saudara perempuannya sendiri. Ankhesenpaaten juga mengubah namanya dari akhiran
'Aten' dan menambahkan kata 'Amun', menjadi Ankhesenamun. Dalam tiga tahun dari
pemerintahan Tutankhamun (1331 SM), ketika ia masih seorang bocah sekitar 11
tahun dan mungkin di bawah pengaruh dua penasehat yang lebih tua (terutama
wazir Akhenaten's Ay), larangan pada jajaran dewa lama dan kuil-kuil mereka mulai diterapkan, hak
istimewa tradisional dikembalikan ke peraturan lama mereka, dan ibukota
kerajaan kemudian dipindahkan kembali ke Thebes.
Firaun muda ini
juga mengadopsi nama Tutankhamun, mengubahnya dari namanya ketika lahir
Tutankhaten. Karena usianya yang masih anak anak pada saat keputusan itu dibuat, umumnya banyak yang berpikir bahwa kebanyakan tidak
semua tanggung jawab bagi Tutankhamun dibebankan padanya dan mungkin juga pada
penasehat lainnya. Tutankhamun meninggal pada usia 19 yang ditengarai karena
cedera pada kepalanya berdasarkan hasil otopsi pada jasad mummi nya. Banyak
menduga bahwa dia dibunuh. Dia dimakamkan di Lembah Para Raja. Dua fetus mumi
ditemukan dalam peti mati yang telah disegel atas namanya. Dimana diyakini
bahwa itu merupakan anak-anaknya yang lahir prematur.
Penyebab
Kematian Firaun Tutankhamun
Selama dua
tahun, sejumlah ilmuwan di Mesir menyelidiki mumi dari raja yang berusia 19
tahun itu untuk mengkaji sampel darah dan DNA. Mereka menemukan parasit malaria
dalam darahnya, seperti dimuat dalam Journal of the American Medical
Association.
Sejak makam
Tutankhamun ditemukan oleh Howard Carter di Lembah Raja pada 1922, para ilmuwan
mengungkap berbagai spekulasi tentang penyebab kematiannya. Beberapa ilmuwan
berpendapat raja yang masih berusia 19 tahun itu tewas karena jatuh dari kereta
kudanya dan ada yang berpendapat bahwa dia sebenarnya dibunuh.
"Hal
penting lain yang menyebabkan kematiannya adalah malaria yang akut yang
ditemukan berdasarkan tes DNA," kata Dr Zahi Hawass. Namun ada pula yang
mengatakan Tutankhamun menderita penyakit yang amat jarang yang menyerang
keluarganya karena dia meninggal pada usia amat muda dan tidak meninggalkan
ahli waris.
Malaria dan
penyakit di kaki
Kini sejumlah
spekulasi itu tampaknya akan berakhir setelah tim arkeologi Mesir yang dipimpin
Dr Zahi Hawass menyelidiki mumi Tutankhamun dan 10 mumi anggota kerajaan
lainnya selama dua tahun. Dua diantara mumi yang diteliti dengan menggunakan
sidik jari genetis diperkirakan merupakan nenek dan ayahnya. Hasil penyelidikan
mengukuhkan Raja Tutankhamun kemungkinan menderita penyakit turunan berupa
penyakit tulang yang menyerang kaki yang disebut Kohler II.
Namun peneliti
juga menemukan bekas-bekas parasit malaria di darahnya sehingga menyimpulkan
malaria bersama dengan luka di kakinya yang tidak sembuh itu telah menyebabkan
kematiannya.
"Hal
penting lain yang menyebabkan kematiannya adalah malaria yang akut yang
ditemukan berdasarkan tes DNA. Dan pada tahun 2005 saya menemukan bahwa ia
mengalami luka di kaki kirinya dan luka itu disebabkan kecelakaan yang terjadi
beberapa jam sebelum dia meninggal." kata Dr Zahi Hawass.
"Jadi Raja
Tut tewas karena malaria yang akut. Kami sekarang untuk pertama kalinya bisa
mengatakan bahwa kami telah mengungkap misteri anak emas keluarga itu, Raja
Tut."
Sejarah Penemuan
Makam Firaun Tutankhamun
Howard Carter (1874 – 1939), adalah arkeolog
asal London, Inggris, yang mendalami kebudayaan Mesir kuno. Tak ada arkelog
yang begitu konsisten terhadap Mesir kecuali dia. Karena itu Howard Carter
menjadi satu-satunya pakar kebudayaan Mesir Kuno yang paling ahli. Dalam
perjalanan karir dan hidupnya, Howard Carter mendalami seni menggambar dan
arkeologi. Semua hal yang dikerjakannya sejak usia 17 tahun sudah “berbau”
Mesir. Lantas diusia 25 tahun ia sudah diberi kepercayaan untuk bekerja di
wilayah Mesir untuk melakukan penggalian dan restorasi situs, termasuk
pemeliharaan artefak Mesir Kuno. Sampai akhirnya ia terobsesi untuk menemukan
salah satu makam firaun Mesir Kuno dari dinasti ke-18 yang dikenal sebagai
Tutankhamun. Ternyata obsesinya ini menjadi “perburuan” tersulit dan terlama
selama hidupnya
Titik pencarian
makam Firaun Tutankhamun ini terkonsentrasi di sekitar Lembah Raja di wilayah
Tepi Barat, dekat Luxor. Selama bertahun-tahun penggalian dan penelitian
dilakukannya namun makam yang dicari tak kunjung ditemukan. Selama penggalian
ia hanya menemukan pasir gurun dan jika sedikit beruntung ada menemukan semacam
guci-guci yang mengarah pada masa pemerintahan Tutankhamen. Sepuluh tahun
pertama penggalian, kemajuan terakhir yang ditemukan hanyalah potongan pakaian
dan bongkahan batu yang bertuliskan nama Tutankhamun dan jejak yang mengarah
pada masa pemerintahan firaun berusia 18 tahun itu.
Seluruh tim
ekspedisi itu mulai frustasi sementara biaya yang dikeluarkan sudah banyak dan
persediaan keuangan sudah sangat tipis. Namun di tengah rasa frustasi
rekan-rekannya, Howard Carter tetap optimis bahwa perkiraannya tepat bahwa
Firaun Tutankhamun pastilah dimakamkan di lembah itu. Ia yakin bahwa makam
penguasa Thebes yang menyatukan Mesir kuno itu persis di lembah yang sedang
mereka gali.
Untuk kelanjutan
ekspedisi, ia menemui “sponsornya” Lord Carnarvon. Bangsawan yang menyukai
barang kuno dan antik ini mengultimatum Howard Carter bahwa ia sudah tak bisa
menyokong ekspedisi itu lebih lama. Namun H Carter meyakinkan Carnarvon bahwa
ia hanya butuh satu kesempatan lagi. Pada awal November 1922, H Carter memulai
penggalian terakhirnya. Penggalian dilakukan di satu titik yang belum pernah
disentuh sebelumnya. Di lokasi ini, ia menemukan semacam komplek tempat tinggal
para budak penggali makam dan beberapa artefak kuno lainnya.
Saat penggalian
dilanjutkan, seorang mandornya bernama Ali melaporkan penemuan sebuah tangga
batu yang menurun di sekitar kompleks itu. Penggalian dilanjutkan selama dua
hari dan tangga batu itu jelas terlihat mengarah pada satu pintu tertutup. Lord
Carnarvon pun ditelegram memberitahu bahwa pintu makam Tutankhamen sudah
ditemukan. Setelah Carnarvon tiba di lokasi, dua hari kemudian pintu batu menuju
makam berhasil dibuka. Didalamnya terdapat lorong dengan serakan bebatuan
berhias hiroglif Mesir Kuno di dinding menuju pintu berikutnya.
Carter mencoba
membuka pintu batu dengan memahat celahnya. Setelah menggeser beberapa bongkah
batu, ia membuat sebuah lubang kecil. Dari celah itu ia memasukkan lilinnya
untuk mengintip ke dalam ruangan yang gelap di balik pintu. Apa yang dilihatnya
membuatnya diam takjub selama beberapa saat. Ia telah menemukan makam yang ia
cari selama dua puluh tahun terakhir, yakni makam Firaun Tutankhamun . Howard
Carter yang menemukan situs makam Firaun Tutankhamun ini menjadi berita besar
yang mengehbohkan dalam sejarah arkelog masa itu. Penemuan ini dinobatkan
sebagai temuan arkelogi paling menakjubkan di abad 20.
Temuan kompleks
makam lengkap dengan artefak dan harta peninggalan firauan yang masih utuh,
mummi, situs, dan semua yang berada di dalam makam itu masih
Advertisement
tersegel dan
belum pernah disentuh siapa pun setelah pemakamannya 3.300 tahun yang lalu.
Saat pertama kali menemukan ruang makam bawah tanah itu, H Carter melihat bahwa
ruangan itu dilapisi emas murni yang kuning berkilau. Di dalam ruangan itu
terdapat 4 lubang kubur dengan masing-masing peti mati batu didalamnya.
Ruangan itu
tertata baik dengan beberapa pot bunga, singgasana bertahta permata, baju-baju
kerajaan, beberapa set alat rumah tangga, pisau dan senjata, patung berbentuk
aneh, dan beberapa peti harta. Didalam peti mati itu terdapat mummi yang
disegel dengan nama Tutankhamun. Peti matinya terdiri dari tiga lapisan. Dan
lapisan paling terakhir terbuat dari lempengan emas murni berukir. Mummi firaun
itu dibalut kain kafan putih berlapis permata, bagian wajah ditutup topeng emas
berhias permata, dan di bagian dadanya terdapat kalungan bunga yang warnanya
masih “segar”.
Temuan makam
firaun ini adalah yang terlengkap dalam sejarah. Satu-satunya situs (saat itu)
yang belum dijarah dan terjamah manusia. Sampai akhirnya ekpedisi H Carter dan
Carnarvon menemukan dan membuka segel firaun yang sudah terkubur ribuan tahun
itu.
Misteri Kutukan Raja Firaun Tutankhamun
Makam
Thutankhemen/Thutankhamun yang sangat terkenal itu, pertama kali dibuka pada
tahun 1922, para jurnalis melaporkan ada prasasti di dekat pintu makam yang
Raja Tutankhemen ini yang berbunyi demikian:
“Kematian akan segera mendatangi mereka yang
menyentuh makam Pharaoh”
Keliatannya
memang konyol, namun peringatan ini nampaknya terbukti benar, ketika semua
arkeolog dan para pekerja yang menyentuh makam Tutankhemen dilaporkan meninggal
secara misterius dan mengerikan dalam tempo yang tidak terlalu lama setelah
peristiwa pembongkaran makam itu terjadi.
Ada empat
Raja-raja Amarna pada Dinasti ke-18 dan Tutankhamun yang ketiga. Karena Dinasti
ke-19 tidak menyukai peraturan Dinasti ke-18, maka raja-raja Amarna dicoret
dari daftar keluarga raja dan itu dilakukan didepan umum. Monumen raja
Tutankhemen di hancurkan, dan lokasi makamnya dilupakan.Dan itu benar,
keberadaan makam raja muda yang bernasib malang tersebut benar-benar terlupakan
oleh Dinasti ke-20. Ketika kepala arsitek memulai memahat batu untuk membuat
makam Ramses VI, ia tidak tahu bahwa ia telah membiarkan puing-puing berjatuhan
di atas makam Raja Tutankhamun.
Dan semenjak
itu, makam raja muda ini benar-benar dilupakan karena ia dulu juga bukan
merupakan penguasa yang hebat, sama sekali tidak mengesankan. Namun hal ini
justru membawa keuntungan pada 3.300 tahun kemudian, mengapa?Karena makamnya
tersembunyi dan harta karunnya tetap tidak tersentuh. Dan ini menjadikan makan
Raja muda Tutankhamun merupakan satu-satunya makam raja Mesir kuno yang di
kuburkan di Lembah Raja-raja Luxor yang tidak diacak-acak selama berabad-abad
oleh para perampok.
Misteri dari Legenda Kutukan Sang Pharaoh
Selama
berabad-abad damar dan minyak yang digunakan untuk membuat mumi telah berubah
menjadi lem yang merekatkan kain linen. Untuk melepaskan kalung itu, Carter
melakukan tindakan radikal, yaitu dengan memotong-motong mumi. Ini sangat
fatal. Dalam 14 hari, 2 dari orang-orang yang terlibat meninggal secara mendadak.
Bahkan pada tahun 1929, 13 orang meninggal karena satu sebab …Kutukan
Lord Carvarnon
meninggal pada tanggal 6 April 1923 karena pneumonia, komplikasi akibat gigitan
nyamuk yang terinfeksi. Kemudian para jurnalis menemukan prasasti di dekat
pintu makam tentang peringatan mengenai kematian tadi. Mereka kemudian
mengatakan bahwa Kutukan Fir’aun Tutankhemen-lah yang membunuh Lord Carvarnon .
Menyusul kemudian, Lady Carnarvon, yang menyusul suaminya ke alam baka dengan
sebab kematian yang tak jelas. Di tahun yang sama, seorang meninggal secara
mendadak setelah mengunjungi makam ini dan dianggap merupakan ulah kutukan
juga. Ia adalah Pecky Callender, yang membantu Carter memasuki makam. Kematian
misterius juga dialami oleh salah seorang pengusaha kaya yang berkunjung ke
makam Tutankhemen, George Jay Gould. Untuk tour mahalnya ini, Gould harus
membayar mahal. Malam hari setelah mengunjungi makam, ia terkena demam, dan
esoknya ia meninggal dunia.
Harta karun Raja
muda ini dipamerkan di banyak museum di seantero dunia. Ketika Arthur C Mace
dari Metropolitan Museum of Art di New York, dan George Benedite dari Museum
Louvre, Paris, ikut-ikutan meninggal dunia secara misterius setelah memamerkan
harta karun tersebut di Museum mereka!!Kembali, Kutukan Tutankhemen yang
disalahkan atas meninggalnya dua orang tersebut. Kutukan itu kembali beraksi
dan menjadi dipermasalahkan atas kematian orang-orang yang sedikit sekali
terlibat dengan ekspedisi ini. Contohnya sekertaris pribadi Howard Carter yang
bernama, Robert Bathnell ikut-ikutan meninggal dunia secara misterius.
Tiga bulan
kemudian, ayah Bathell, Lord Westbury melompat dari lantai 7 dan tewas. Ia
meninggalkan pesan,meyalahkan kutukan Tutankhemen atas kematian anaknya. Tidak
hanya berakhir disitu, saat dalam perjalan ke makam, kereta jenazah Lord
Westbury menabrak seorang anak 8 tahun. Anak itu tewas seketika, begitu juga
dengan salah seorang pegawai British Museum dalam bidang Egyptology. Selama
tiga dekade kutukan itu tak menyerang hingga terakhir kali tempat peristirahatan
Tutankhemen diganggu. Hingga saat ini, terhitung kurang lebih 25 orang yang
telah meninggal dunia dengan disangkut pautkan dengan kutukan Tutankhamun. Yang
terakhir kalinya menimpa seorang wisatawan Sheryl Munson di tahun 1995 silam.
Banyak ilmuwan
mulai menelaah kutukan fir’aun dari sudut pandang ilmiah. James Randi, pemain
sulap terkenal, dalam bukunya Encyclopedia of Claims, Fraunds and Hoaxes of the
Occult and Supranatural, menuliskan nama-nama semua orang Eropa yang hadir
ketika makam Tutankhamun dibuka dan kapan mereka meninggal dunia.Pernah
mendengar yang namanya tabel aktuaria? . Tabel ini memberi nilai harapan hidup
kita, didasarkan pada dimana tempat tinggal kita, apakah merokok atau
tidak,dll. Randi memeriksa tabel aktuari yang relevan untuk semua orang yang
dihubungkan dengan makam Raja Tutankhemen, dan siapa yang meninggal berikutnya.
Ternyata,
orang-orang yang hadir dalam pembukaan makam, hidup satu tahun lebih lama
dibandingkan ramalan tabel aktuaria. Howard Carter meninggal pada usia wajar,
yaitu 66 tahun. Dr. Douglas Derry, yang membedah mumi, meninggal pada usia
lebih dari 80 tahun. Dan Alfred Lucas, ahli kimia yang menganalisis jaringan
tubuh mumi, meninggal pada usia 79 tahun. Penelitian lain menunjukkan tidak ada
pengaruh nyata pada harapan hidup orang-orang yang terlibat pada penggalian
tersebut. Para korban mungkin tidak meyadari bahwa di dinding-dinding makam
yang penuh dengan ornamen-ornamen indah itu ternyata tersembunyi ribuan bahkan
lebih pembunuh mematikan yang telah berumur 3000 tahun lamanya!
Penyebab Kematian Korban 'Kutukan' Sang Firaun
Dinding-dinding
itu diselimuti oleh jamur cokelat kecil. Bakteri mungkin timbul dari plester
atau cat dan hidup dari kelembaban plester setelah makam ditutup.Dan, pembunuh
sebenarnya adalah bakteri mematikan yang bernama aspergillus niger. Dalam makam
yang hangat, bakteri yang menyerang sistim pernapasan ini berkembang. Ia
satu-satunya makhluk yang dapat bertahan hidup selama 3000 tahun di makam itu.
Saat Shryl Munson , korban terakhir yang ikut meninggal setelah berkunjung ke
makam tiba dengan ketahanan tubuh yang rapuh, maka ia adalah rumah utama bagi
jamur itu.Spora itu terhisap dan menyerang sel yang lemah, menghancurkannya
selagi menyebar. Sheryl Munson kekurangan oksigen, 10 hari setelah masuk rumah
sakit, fungsi paru-parunya berhenti. Tim dokter berhasil menemukan jamur
aspergilllus niger pada saat melakukan biopsi paru-paru Sheryl Munson dan jamur
mematikan ini ditemukan lebih banyak lagi di dalam makam Tutankhamun, terutama
di dinding makam.Sheryl ternyata telah melakukan suatu hal yang sangat fatal
bagi hidupnya pada saat mengunjungi makam Tutankhemen. Ia menyentuh dinding
makam dan mengusap-usapkan jemari tangannya ke beberapa lukisan cat, dimana
disana telah menunggu bakteri yang sangat mematikan untuk bermigrasi ke dalam
tubuhnya.
Begitu juga
dengan orang-orang yang terlibat dalam pembongkaran makam. Bekerja dengan mumi
bisa fatal, baik bagi peneliti dan muminya. Tindakan gegabah Howard Carter yang
memotong-motong tubuh mumi berakibat sangat fatal bagi mereka yang terlibat.
Karena peneliti bisa menghisap spora dari debu mumi.Sebaliknya, peneliti bisa
memberikan bakteri atau kelembaban pada permukaan mumi yang bisa mengakibatkan
pembusukan.
Walaupun sudah
mati selama ribuan tahun, mumi hidup bersama bakteri. Beberapa tak berbahaya,
namun beberapa lagi sangat mematikan. Tidak memakai pelindung saat bekerja
dengan mumi, akan sangat rentan terinfeksi oleh spora jamur. Dan itulah yang
terjadi pada Carter dan orang-orang disekelilingnya. Otopsi gegabah terhadap
mumi Tutankhamun ternyata melepas banyak pembunuh mengerikan yang kasat mata.
Parahnya, pada saat otopsi itu berlangsung, Carter dan rekan-rekannya tidak
memakai pelindung apapun, mereka hanya memakai pakaian sehari-hari. Jadi mungkin
terjadi persilangan kerusakan antara para peneliti dan mumi. Namun banyak orang
yang beruntung seperti Carter yang tidak terinfeksi bakteri ini.